Cari Blog Ini

Jumat, 29 Oktober 2010

teori belajar behaviorisme


BAB I
PENDAHULUAN

Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu. Belajar merupakan hal yang sangat penting dan harus di jalani oleh setiap manusia. Dengan Pendidikan sesorang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dengan pendidikan seseorang bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan juga seseorag bisa merumuskan tujuan hidup.
Belajar yang di lakukan oleh masing-masing Individu bisa di lakukan dengan banyak gaya. Penggunaan gaya di maksudkan agar tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini teori juga bisa di kategorikan dalam gaya belajar seseorang. Ada banyak teori yang berbicara tentang belajar yang salah satunya adalah teori belajar Behavioristik.
Teori belajar behavioristic adalah teori yang memiliki konsep kunci bahwa setiap perilaku manusia bisa di manipulasi dan di kreasikan. Sangat banyak para ahli yang berbicara mengenai teori ini, di antaranya Ivan Pavlov, Skinner, Bandura, Thorndike,dll. Sebagai calon Pendidik sudah seharusnya kita menguasai secara mendalam teori belajar ini. Oleh sebab itu saya menulis sebuah makalah yang berjudul “Teori belajar behavioristik”.





BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP POKOK
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.  Dalam konsep Behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar[1].
Teori behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat di amati. Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul[2]. Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu :
1.      Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian terkecil
2.      Bersifat mekanistik
3.      Menekankan peranan lingkungan
4.      Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
5.      Menekankan pentingnya latihan
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).

B. TOKOH-TOKOH BEHAVIORISME BESERTA PEMIKIRANNYA
1. Edward Edward Lee Thorndike/ Teori Koneksionisme
Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan Human Nature and The Social Order (1940).
Menurut Thorndike dasar dari belajar adalah Trial and error atau secara aslinya di sebut sebagai learning by selecting and connecting. Thorndike mengajukan pengertian tersebut dari eksperimennya dengan Puzzle box. Atas dasar pengamatannya terhadap bermacam-macam percobaan, thorndike sampai pada kesimpulan bahwa hewan itu menunjukan adanya penyesuaian diri sedemikian rupa sebelum hewan itu dapat melepaskan diri dari puzzle box. Selanjutnya di kemukakan bahwa perilaku dari semua hewan coba itu sama, yaitu apabila hewan coba, dalam hal ini kucing yang di gunakan dan di hadapkan pada masalah, ia dalam keadaan discomfort dan dalam memecahkan masalahnya menggunakan trial dan error.
Dalam eksperimennya Thorndike mengajukan adanya tiga macam hukum yang sering di sebut dengan hukum primer dalam belajar :
a)      Hukum Kesiapan (law of readiness)
Apabila suatu ikatan siap untuk berbuat, perbuatan itu memberikan kepuasan, sebaliknya apabila tidak siap maka akan menimbulkan ketidak puasan/ketidaksenangan terganggu[3]. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.

b)      Hukum Latihan (law of exercise)
Artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering di pakai dan akan semakin berkurang apabila tidak di gunakan[4]. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan.

c)      Hukum akibat (law of effect)
Hukum akibat  yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah  jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
2. Ivan Petrovich Pavlov/Classical conditioning
Aliran Psikologi di Rusia di pelopori oleh Ivan petrovich Pavlov dan di kenal dengan aliran behaviorisme. Menurut Pavlov kesadaran merupakan hal yang dubious, sesuatu yang tidak dapat di observasi secara langsung dan nyata. Pavlov sangat memfokuskan permasalahannya pada masalah reflex, karena itu pula psikologi Pavlov sring di sebut psikologi reflex atau Psychoreflexology[5].
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu.
Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran di mana organisme belajar untuk mengaitkan atau mensosialisasikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik stimulus netral di asosiasikan dengan stimulus bermakna dan menghasilkan kapasitas untuk menghasilkan respon yang sama. Untuk memahami teori pengkondisian klasik oleh pavlov harus memahami dua tipe stimuli dan dua tipe respon: Unconditioned stimulus, Uncondotioned respon, Conditioned stimulus, dan Conditioned respon[6].
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
  • Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara stimulan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
  • Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

2. Burrhus Frederic Skinner/Operant conditioning
Ia seorang tokoh dalam kondisioning operan seperti halnya Thorndike, sedangkan pavlov adalah tokoh kondisioning klasik. Bukunya yang berjudul ”Behaviorism of organism” yang di terbitkan pada tahun 1838 memberikan dasar dari sistemnya. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”.  Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik
Reber menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan[7]. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. Memotivasi agar berlanjut pada komponen tingkah laku selanjutnya sampai pada akhirnya pembentukan tingkah laku puncak yang di harapkan.
Skinner berpendapat bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu perlu di urutkan atau di pecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen tingkah laku yang spesifik. Selanjutnya agar tetap terbentuk tingkah laku yang di harapkan pada setiap tingkah laku yang spesifik yang telah di respon, perlu di berikan hadiah agar tingkah laku tersebut secara terus menerus di ulang, serta untuk memotivasi agar berlanjut kepada komponen tingkah laku selanjutnya sampai akhirnya pembentukan tingkah laku puncak yang di harapkan[8].
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a)      Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b)      Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Beberapa prinsip  Belajar Skinner antara lain :
a)      Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat.
b)      Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c)      Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
d)     Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
e)      dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
f)       Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio reinforcer.
g)      Dalam pembelajaran digunakan shaping.
4. Robert Gagne
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi media. Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain software instruksional.
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Keterampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki keterampilan intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutkan pada yang lebih kompleks ( belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan  masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
5. Albert Bandura
Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare  alberta berkebangsaan Kanada. Ia seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya,  Bandura  memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana  yang perlu dilakukan.
6. Guthrie/Kontiguitas
Kunci teori guthrie terletak pada prinsip tunggal bahwa kontiguitas merupakan fondasi pembelajaran. Guthrie memandang perilaku sebagai gerakan dari pada sebagai respon. Dalam pembedaan ini, ia mengartikan gerakan sebagai komponen unit respon yang lebih besar atau tindakan behavioral. Sejalan dengan itu, perilaku-perilaku terlatih dapat di pandang sebagai suatu respon kasar yang terdiri dari unit-unit gerakan yang lebih kecil. Demikian juga stimuli di pandang sebagai situasi kompleks yang terdiri dari unit-unit gerakan yang lebih kecil. Prinsip kontiguitas menyatakan bahwa suatu kombinasi elemen-elemen stimulus di sertai dengan gerakan, sekuens gerakan akan berulang, bila di hadapkan pada elemen stimulus yang sama. Guthrie berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu pola atau rantai gerakan yang terpisah yang di timbulkan oleh sinyal-sinyal stimulus lingkungan dan internal.
Karena pandangan Guthrie tentang asosiasi tergantung pada stimulus dan respon, peran penguatan memiliki interpretasi unik. Guthrie percara pada pembelajaran satu kali mencoba, dengan kata lain kedekatan hubungan antara elemen-elemen stimulus dan respon langsung menghasilkan ikatan asosiatif penuh[9].
C. IMPLIKASI TEORI BEHAVIOR DALAM PEMBELAJARAN
Ada beberapa implikasi teori behavior dalam pembelajaran, antara lain :
1.      Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar[10].
2.      Peserta didik dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik
3.      Teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi peserta didik untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri
4.      Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka Peserta didik atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat
5.      Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes
6.      Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test.






                                                       KESIMPULAN

Dalam konsep Behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Teori behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat di amati. Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan,mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.






                                                  DAFTAR PUSTAKA


A.M.Sardiman, 2008. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT Raja
            grafindo persada
Brennan,James F, 2006. Sejarah dan sistem psikologi. Jakarta: PT Raja grafindo
            persada
Hamalik, Oemar, 2008. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara
Sanjaya, Wina, 2009.  Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.
            Jakarta: Kencana prenada media group
Santrock, John W, 2007. Psikologi pendidikan. Jakarta: Kencana prenada media
            group
Sukmadinata, Nana syaodih, 2005. Landasan psikologi dalam proses pendidikan.
            Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Surya, Muhammad, 2003. Teori-teori konseling. Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy
Syah, Muhibbin, 2008. Psikologi belajar. Jakarta: PT Raja grafindo persada
Walgito, Bimo, 1992. Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi
www.wikipedia.com



[1] Mohamad surya, Teori-teori konseling, (Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy, 2003),h. 22
[2] Nana Syaodih sukmadinata, Landasan psikologi dalam proses pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),h. 168
[3] Oemar hamalik, Kurikulum dan pembelajaran, (Jakarta: Bumi aksara, 2008),h. 44
[4] Sardiman A.M. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. ( Jakarta : PT Raja grafindo persada, 2008), hlm.20
[5] Bimo walgito, Pengantar psikologi umum, (Yogyakarta: Andi, 1992),h. 53
[6] John W Santrock, Psikologi pendidikan, (Jakarta: Kencana prenada media group, 2007),h. 268
[7] Muhibbin syah, M.Ed. Psikologi belajar. ( Jakarta: PT Raja grafindo persada, 2008), hlm.98
[8] Wina sanjaya, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. (Jakarta: Kencana prenada media grup, 2009), hlm. 117
[9] James F Brennan, sejarah dan system psikologi, (Jakarta: PT Raja grafindo persada, 2006),h. 369
[10] www.wikipedia.com/ tanggal akses 22 oktober 2010